Adbox

Minggu, 03 April 2016

Review Film: 'My Big Fat Greek Wedding 2' (2016)

14 tahun kemudian sekuelnya datang dan kali ini saya yakin bahwa film yang diberi judul sederhana, 'My Big Fat Greek Wedding 2' ini takkan mampu melewati standar pendahulunya.

�Now my family has come together to pull off another big fat greek wedding.�
� Toula Portokalos
Saya yakin tak banyak yang menduga bahwa My Big Fat Greek Wedding akan begitu sukses dan menjadi film komedi romantis terlaris sepanjang masa saat dirilis pada 2002 lalu. Dibuat dengan bujet hanya $5 juta dan tanpa dibintangi oleh aktor tenar, film ini meraup laba yang begitu masif (mencapai $368 juta secara global), serta mendapat nominasi di SAG Awards dan Oscar (untuk kategori Original Screenplay). 14 tahun kemudian sekuelnya datang dan kali ini saya yakin bahwa film yang diberi judul sederhana, My Big Fat Greek Wedding 2 ini takkan mampu melewati standar pendahulunya.

Film pertama sebenarnya punya konsep yang tak terlalu orisinal � seorang gadis keturunan Yunani berusia 30-tahunan yang harus mempertahankan hubungan asmaranya dengan pria non-Yunani di tengah tantangan keluarga � namun punya pesona spesial berkat lelucon sederhana yang natural, terlepas dari kemasannya yang mirip FTV. Meski mengangkat kultur yang spesifik, relevansi akan isunya begitu dekat dengan penonton. Sekarang, kekuatan magisnya pudar. My Big Fat Greek Wedding 2 kehilangan fokus, komedi tulus dan relevansi. Ada begitu banyak konflik dan hampir semua situasi komedinya dipaksakan.

Setelah 18 tahun berumah tangga bersama Ian (John Corbett), Toula (Nia Vardalos) dibuat stres karena hubungannya yang tak begitu hangat dengan anak gadisnya yang berusia 17 tahun, Paris (Elena Kampouris). Paris ingin berkuliah di New York, jauh dari rumah keluarga BESAR-nya (saya harus menggunakan huruf kapital) yang eksentrik di Chicago. Namun yang akan menjalani another big fat greek wedding bukan Paris, melainkan orang tua Toula, Gus (Michael Constantine) dan Maria (Lainie Kazan). Sebentar, apa tadi?


Yap, ternyata 50 tahun yang lalu pernikahan keduanya tidak diberkati oleh pendeta yang sah. Artinya, mereka harus melakukan lagi prosesi tersebut demi keabsahan surat nikah. Ini tak mudah, sebab Gus terlalu arogan untuk melamar sementara Maria tak mau menikah sebelum dilamar Gus. Seakan konfliknya belum cukup, Toula juga sedang berusaha untuk kembali menghangatkan rumah tangganya bersama Ian � salah satu metodenya adalah dengan bercumbu di dalam mobil layaknya pasangan muda-mudi.

Yang saya suka dari My Big Fat Greek Wedding adalah chemistry dan pembawaan yang menarik dari Toula dan Ian, tapi Vardalos yang juga merupakan penulis naskah, memilih mengesampingkan peran keduanya dengan menghadirkan berbagai macam problematika bagi tokoh-tokoh pendukung: selain hiruk pikuk pernikahan duo uzur tersebut, Gus reuni dengan adik yang tak pernah ditemuinya setelah bertahun-tahun sembari memperjuangkan sertifikasinya sebagai keturunan langsung Alexander Agung, Paris mencari pasangan untuk malam prom sembari menunggu surat penerimaan dari kampus, tetangga yang juga mulai meributkan kehebohan keluarga ini, bahkan diselipkan pula sublpot mengenai gay yang datang sekonyong-konyong tanpa bobot emosional. Setidaknya, dilema-dilema tersebut takkan membuat kita stres, karena sama seperti film pendahulunya, tensi dari konfliknya tak tinggi-tinggi amat.

Komedinya masih mirip sitkom dan bergantung pada kenyentrikan dan diferensiasi kultural, tapi presentasi berlebihan dari Kirk Jones menegaskan leluconnya yang terlalu dipaksakan. Film dibuka dengan adegan dimana keluarga BESAR Yunani ini yang membuat keributan saat Paris mengunjungi bursa perguruan tinggi. Lelucon-lelucon payah dilepaskan tiap 10 detik yang hanya bisa memancing senyum simpul bagi sebagian penonton dan senyum kecut bagi penonton yang lain.

Untungnya, Vardalos dan Corbett masih cukup memesona meski porsi tampilnya terbatas. Tetap menggelikan melihat Constanstine sebagai Gus yang tak pernah bosan membanggakan leluhurnya pada setiap orang, tak peduli kapanpun dan dimanapun. Lelucon mengenai Windex sebagai penyembuh segala macam penyakit juga masih ada, meski akan dilewatkan oleh sebagian penonton yang kurang jeli. Kebanyakan lelucon yang mengena adalah berkat Andrea Martin yang kembali memerankan Tante Voula dengan pembawaan dan logatnya yang sangat komedik.

Bagi yang menggemari film pertamanya, My Big Fat Greek Wedding 2 akan menjadi reuni yang menyenangkan karena Vardalos berhasil mengumpulkan semua tokoh-tokoh aslinya lengkap dengan elemen-elemen dasar yang sama. Kali ini pesan moralnya juga lebih banyak. Hanya saja, ia tak akan meninggalkan kesan yang setara. �UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

'My Big Fat Greek Wedding 2' |
|

IMDb | Rottentomatoes
94 menit | Remaja

Sutradara Kirk Jones
Penulis Nia Vardalos
Pemain Nia Vardalos, John Corbett, Lainie Kazan, Michael Constanstine

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post