Adbox

Rabu, 02 Maret 2016

Review Film: 'Hangman' (2015)

Film ini mengidap penyakit yang dialami oleh kebanyakan horor found-footage, dimana motif dan karakterisasi tidak begitu diperhatikan. Namun relatibilitas menjadi elemen yang kuat untuk menimbulkan kengerian tersendiri.

�I just don't feel safe here anymore.�
� Beth
Bagi yang sudah lelah dengan horor found-footage, Hangman takkan mengobati kejenuhan anda. Namun setidaknya ia menawarkan alasan yang masuk akal mengenai keberadaan kamera yang merekam semua aktivitas objeknya selama 24 jam sehari. Lazimnya di film found-footage, kamera dipasang untuk kemudian dilupakan oleh pemasang, namun disini rekamannya menjadi penting karena itulah tujuan utama dari yang bersangkutan. Oleh karenanya gimmick ini menjadi esensial bagi narasi. Voyeurisme adalah kata yang tepat.

Mekanisme horornya sudah familiar. Sama seperti Paranormal Activity, kita melihat sesuatu terjadi (atau tidak terjadi) melalui kamera statis. Bedanya tak ada aktivitas paranormal disini, alih-alih perilaku maniak dari pemasang kamera. Relatibilitas menjadi aspek yang membuatnya seram. Bayangkan ada seseorang yang selalu mengintip anda di rumah anda sendiri. Semua dari perspektif pelaku.

Pertanyaannya, apa bahaya dari keberadaan pengintip ini? Maksud saya, secara fisik, selain mengganggu privasi? Sutradara Adam Mason dengan efektif menetapkan atmosfer horornya melalui adegan pembuka yang brutal dan menegangkan. Secara bersamaan, hal ini juga mengungkap ending yang sedikit mendegradasi suspens-nya karena kita sudah mengetahui akhir nasib "korban".


Sang pengintip selalu mengincar keluarga yang akan pergi berlibur. Ia mencari rumah mereka, menerobos masuk dan mengacak-ngacak isinya. Kali ini yang ketiban sial adalah keluarga Miller. Melihat rumah yang berantakan setelah pulang liburan, mereka melaporkannya pada polisi yang hanya menganggap ini ulah iseng mengingat tak adanya barang yang hilang.

Yang tidak mereka tahu adalah pengintip ini ternyata sama sekali belum pergi. Ia telah memasang belasan kamera di seluruh pelosok rumah dan membangun semacam pusat kontrol di atas loteng untuk mengawasi semua aktivitas anggota keluarga. Keanehan mulai terjadi yang membuat mereka saling menyalahkan. Entah itu barang-barang yang hilang atau berpindah tempat. Sang pengintip juga semakin berani, mulai dari mengikuti sang ibu, Beth (Kate Ashfield) ke tempat umum atau menguntit anak sulung, Melanie (Ryan Simpkins) yang bercumbu dengan pacarnya hingga mengadu domba agar Beth mencurigai suaminya (Jeremy Sisto) selingkuh.

Untuk sekali-sekali memberikan tensi bagi alurnya yang sangat pelan, Mason menyelipkan beberapa bumbu, seperti sang pengintip yang turun dari persembunyiannya lalu menyabotase makanan tuan rumah atau sekadar berdiri menatap mereka yang sedang tidur. Ada pula momen dimana sang pengintip yang begitu berani membongkar tas tangan Beth, meski semua anggota keluarga sedang berkumpul di ruang tengah.

Saat Beth tengah berhubungan intim sementara sang pengintip menyaksikannya sambil bermasturbasi, kita tahu bahwa ia punya kelainan seksual. Namun penggambarannya tak lebih dari sekadar seorang yang sakit mental. Film ini mengidap penyakit yang dialami oleh kebanyakan horor found-footage, dimana motif dan karakterisasi tidak begitu diperhatikan.

Hal yang sama juga berlaku pada keluarga calon korbannya. Sebenarnya saya tak begitu mencemaskan apa yang akan terjadi, karena saya hanya tahu sedikit tentang mereka. Namun sekali lagi, relatibilitas menjadi elemen yang kuat untuk menimbulkan kengerian tersendiri. �UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

'Hangman' |
|

IMDb | Rottentomatoes
85 menit | Dewasa

Sutradara Adam Mason
Penulis Simon Boyes, Adam Mason
Pemain Jeremy Sisto, Kate Ashfield, Ryan Simpkins

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post