Adbox

Rabu, 11 Mei 2016

Review Film: 'Midnight Special' (2016)

Meski tak akan begitu memuaskan ekspektasi yang telah dibangun dengan baik sedari awal, 'Midnight Special' akan mengajak kita dalam sebuah perjalanan yang seru.

�The only thing I ever believed in was Alton.�
� Roy
Nuansanya akan sedikit mengingatkan kita pada film-film sci-fi klasik Steven Spielberg semacam E.T. atau Close Encounters of the Third Kind, namun pada dasarnya Midnight Special adalah kisah kasih sayang ayah pada anaknya yang dikemas menjadi road movie. Dalam film mayor pertamanya, Jeff Nichols mungkin memasukkan terlalu banyak elemen daripada yang bisa ia tangani, tapi ia masih tahu cara meracik cerita yang akan mencengkeram penonton dan karakter yang akan penonton pedulikan.

Plot utama dari Midnight Special sebenarnya cukup sederhana, namun Nichols mampu mengubah premis konvensional menjadi sajian yang tak biasa melalui pengambilan perspektif naratif yang berbeda atau perhatian akan detil poin plot. Film ini punya kejutan-kejutan kecil. Saya akan berusaha menahan diri tapi bagi anda yang tak mau di-spoiler sebaiknya tak usah melanjutkan.

Nichols adalah salah satu dari sedikit sutradara yang percaya pada kekuatan visual dalam bercerita serta intuisi penonton dalam menonton. Ia tak merasa perlu mengeksposisi latar belakang atau menjelaskan setiap motif dari tindakan karakter. Penonton harus menelusuri sendiri petunjuk-petunjuk yang disebarnya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Meski, pada akhirnya tak semua akan terjawab.


Begitu pula dengan awal film ini yang dibuka dengan adegan yang cukup misterius. Di sebuah kamar motel yang seluruh jendelanya ditutup rapat, reporter di televisi memberitakan liputan tentang penculikan anak. Roy (Michael Shannon) dan Lucas (Joel Edgerton) tampaknya adalah tersangka yang sedang diburu. Namun benarkah begitu? Kenapa si anak, Alton (Jaeden Lieberher) dengan tenangnya duduk di samping kasur sambil membaca komik? Kenapa pula ia tak protes saat disuruh Roy masuk ke dalam mobil?

Di tempat terpisah, kamp sekte reliji yang disebut "The Ranch" digerebek oleh FBI. Ahli dari NSA, Paul Sevier (Adam Driver) ditugaskan menginterogasi sang pemimpin sekte, Calvin Meyer (Sam Shepard). "The Ranch" mungkin menganggap Alton sebagai juru selamat umat manusia, namun ternyata beberapa kalimat yang dilafalkan Alton � yang menjadi ayat bagi sekte ini � adalah kode rahasia yang hanya diketahui pemerintah. Siapa Alton sebenarnya?

Berbagai jawaban dari banyak pertanyaan yang timbul dalam perjalanan mereka nanti membuat kita tak bisa terlepas dari filmnya. Nichols membeberkan setiap detil dengan kontrol penuh. Pelarian Roy, Lucas dan Alton bukan tanpa tujuan. Sama seperti kita, Roy pun tak tahu akan tiba dimana, namun ia yakin destinasi itu adalah pilihan terbaik bagi Alton, bahkan jika harus membuat mereka terpisah.

Film ini merupakan kolaborasi ketiga Shannon dengan Nichols. Lagi-lagi, Shannon memancarkan karisma tak biasa yang berbalut dengan keresahan di balik tatapan matanya. Ia mengusahakan yang terbaik bagi sang anak, entah sampai harus membunuh polisi sekalipun. Edgerton menjadi karakter yang simpatik, bukan sekadar karena Shannon adalah sahabat masa kecilnya, melainkan karena ia telah membuktikan sendiri mukjizat Alton.

Sama seperti dalam Take Shelter, Nichols piawai memasukkan elemen mistis (atau dalam hal ini sci-fi) ke dalam realisme dengan setting pinggiran Amerika. Ia tahu cara pemanfaatan efek spesial yang meski sederhana, tapi dengan efektif membuat kita tercengang. Salah satu sekuens yang paling mengagumkan adalah saat Alton menjatuhkan sebuah satelit yang tengah mengorbit. Kita tak tahu bagaimana Alton melakukannya, namun kita bisa melihat serpihannya jatuh bak meteor di sebuah pom bensin tempat mereka berhenti sejenak.

Interpretasi tersirat dari film ini bisa bermacam-macam, mengingat banyaknya elemen yang disentil. Saya tak tahu dengan anda, namun bagi saya intinya adalah mengenai kepercayaan akan sesuatu yang tak familiar bagi kita. Adegan klimaks menunjukkan secara harfiah bagaimana orang-orang tergerak setelah menyaksikan keajaiban, namun entah kenapa Nichols kehilangan kekuatan magisnya disini. Mungkin karena ia terburu-buru, sehingga memperlihatkan terlalu banyak.

Jawabannya ada disana, namun film ditutup dengan akhir yang ambigu ala-ala setelah sajian klimaks yang begitu gamblang. Meski tak akan memuaskan ekspektasi yang telah dibangun dengan baik sedari awal, Nichols setidaknya sudah mengajak kita dalam sebuah perjalanan yang seru. �UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

'Midnight Special' |
|

IMDb | Rottentomatoes
111 menit | Remaja

Sutradara Jeff Nichols
Penulis Jeff Nichols
Pemain Michael Shannon, Joel Edgerton, Kirsten Dunst

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post