Latest News

Adbox

Rabu, 20 April 2016

Review Film: 'Jane Got a Gun' (2016)

Cerita di belakang layar dari 'Jane Got a Gun' lebih seru dibandingkan menyaksikan filmnya sendiri.

�I've been runnin' my whole life. I gotta put my face to it.�
� Jane Hammond
Cerita di belakang layar dari Jane Got a Gun lebih seru dibandingkan menyaksikan filmnya sendiri. Bukan bermaksud untuk bilang bahwa filmnya buruk, melainkan gara-gara proses produksinya sendiri yang begitu berliku yang mungkin bisa dibuatkan film terpisah. Direncanakan sebagai proyek prestisius (naskahnya dikabarkan merupakan favorit di The Blacklist), Jane Got a Gun terjerembab gara-gara berbagai masalah, mulai dari mundurnya beberapa pemain, sutradara serta kru seminggu sebelum syuting hingga kebangkrutan distributornya, Relativity Media.

Pun demikian, secara mengejutkan filmnya berhasil dibuat. Lebih mengejutkan lagi, Jane Got a Gun tidaklah seburuk produk yang biasanya tercipta dari proses produksi dengan berbagai permasalahan di belakang layar seperti ini. Punya beberapa kekurangan, namun film ini masih layak tonton. Terlepas dari kualitas narasinya, pengambilan gambar menawan dari sinematografer Mandy Walker menangkap nuansa western dengan baik.

Dengan judul JANE Got a Gun, mungkin film ini punya maksud untuk menyoroti emansipasi wanita di dunia koboi yang notabene lebih akrab dengan pria melalui karakter Jane yang dimainkan oleh Natalie Portman. Namun pesan ini menjadi bias gara-gara fokus narasinya yang cenderung ke arah kisah cinta segitiga. Iya, film koboi dengan cerita cinta segitiga.


Saat suaminya, Bill "Ham" Hammond (Noah Emmerich) pulang ke rumah dengan tubuh penuh luka akibat peluru, Jane tahu harus berbuat apa. Ia mengeluarkan peluru, mengobati luka Ham dan � setelah mengungsikan anak tunggal mereka ke rumah teman � membeli senjata ke kota terdekat. Buat apa? Gara-gara motif yang akan kita ketahui nanti, selama ini Jane dan suaminya diburu oleh geng koboi bernama Bishop Boys yang dipimpin oleh John Bishop (Ewan McGregor).

Jane juga tahu apa yang tak bisa ia lakukan sendirian. Untuk bertahan dari amukan Bishop Boys, Jane meminta bantuan Dan Frost (Joel Edgerton), seorang pria pemabuk yang juga ahli menembak yang ternyata punya hubungan masa lalu dengan Jane. Meski di luar terkesan hanya ingin membantu karena bayaran, tapi alasan Dan jauh lebih kuat daripada itu, apalagi jika Dan adalah satu-satunya harapan Jane.

Film ini adalah drama beralur pelan dan dengan pengecualian adegan klimaksnya yang bombastis (secara harfiah � ups spoiler), tak banyak adegan tembak-tembakan yang menegangkan seperti biasanya film koboi. Naskah dari Brian Duffield, Anthony Tambakis dan Edgerton sebenarnya cukup menarik, setidaknya hingga kemunculan beberapa adegan flashback yang mengganggu struktur narasi. Adegan ini krusial untuk menceritakan masa lalu antara Jane - Ham - Dan - Bishop Boys namun sayang penempatannya yang sembarangan malah terkesan mengganggu kontinuitas cerita. Kerasnya kehidupan pasca Perang Sipil memainkan peranan penting disini.

Posisi Dan cukup menarik. Ada dilema saat harus membela orang yang pernah dicintai namun sekarang dimiliki orang lain dan Edgerton membawakannya tanpa berlebihan. Kapabilitas survival Jane tidaklah setangguh tekadnya; beberapa kali ia harus diselamatkan oleh Dan, namun Portman bisa membuatnya terlihat gahar. Anda mungkin akan melewatkan McGregor yang nyaris tak bisa dikenali dengan kumis tebalnya.

Di samping penampilan yang lumayan solid tadi, sutradara Gavin O'Connor tak mengeksekusi apa yang merupakan kisah CLBK ini dengan bobot emosional seperti halnya potensi yang dimilikinya. Atau bisa jadi O'Connor hanya ingin membereskan proyek ini sebelum malapetaka baru datang. �UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

'Jane Got a Gun' |
|

IMDb | Rottentomatoes
98 menit | Remaja

Sutradara Gavin O'Connor
Penulis Brian Duffield, Anthony Tambakis, Joel Edgerton
Pemain Natalie Portman, Joel Edgerton, Noah Emmerich

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post