Adbox

Selasa, 22 Maret 2016

Review Film: 'The Divergent Series: Allegiant' (2016)

'Allegiant' dimulai dengan pembukaan yang membingungkan, plot yang kalau tidak membosankan yaa menggelikan dan klimaks yang mengecewakan.

�Everyone is worth saving.�
� Tris
Semua franchise adaptasi novel young-adult sebenarnya punya konsep yang beda-beda tipis satu sama lain. Namun kemiripan antara Divergent dengan 2 franchise lain (anda bisa langsung tahu setelah selesai menonton film ini) sungguh membuat saya heran. Premis mengenai dunia distopia yang berada di ambang kehancuran, dimana manusia percobaan diisolasi demi menemukan gen unggul? Mungkinkah saya menonton film yang salah?

Mengesampingkan hal di atas, tak mungkin menyalahkan penonton yang kebingungan saat menonton instalasi ketiga dari Divergent ini. Di akhir film sebelumnya, kita menyaksikan kediktatoran Jeanine (Kate Winslet) runtuh dan warga Chicago berlarian menuju tembok raksasa yang di seberangnya diperlihatkan (sekilas) tanah hijau yang luas. Membingungkan karena dalam Allegiant, dunia di seberang tembok adalah ladang gersang yang tampak lebih mirip Mars dengan hujan asam merah darah. Oke, di paruh awal Tris dkk terlihat melintasi tanah hijau itu, namun kenapa mendadak ia malah menghilang di adegan klimaks?

Allegiant dimulai dengan pembukaan yang membingungkan, plot yang kalau tidak membosankan yaa menggelikan dan klimaks yang mengecewakan. Elemen dalam paragraf di atas adalah salah satu dari banyak inkonsistensi yang harus kita telan jika ingin menyaksikan kelanjutan petualangan Tris dkk. Film ini terlalu serius namun eksekusinya begitu ceroboh yang membuatnya malah terkesan konyol.


Evelyn (Naomi Watts), sang pemimpin Factionless ternyata tak jauh berbeda dengan Jeanine, diktator yang dieksekusinya. Ia melarang siapapun untuk menerobos tembok dan pergi ke dunia luar. Namun Tris (Shailene Woodley), Four (Theo James), Caleb (Ansel Elgort), Christina (Zoe Kravitz) dan Peter (Miles Teller) berhasil kabur dengan memanjat tembok melalui (seingat saya) satu-satunya sekuen aksi yang berkesan dari keseluruhan film.

Di seberang, Tris dkk menemukan ladang gersang seperti yang sudah saya ceritakan tadi. Di tengah buruan antek Evelyn, mereka diselamatkan oleh pasukan Biro Kesejahteraan Genetik yang dilengkapi dengan perangkat militer modern dan dibawa ke kota futuristik yang dipimpin oleh David (Jeff Daniels). Fakta diungkap dan ada eksposisi minim mengenai masa lalu ibu Tris. Bahkan setelah tindak-tanduknya yang jelas-jelas mencurigakan, Tris tetap percaya pada David, sehingga kita boleh bertanya: dimana ketajaman intuisinya yang terlihat di film pertama?

Sementara itu, di Chicago terjadi perang antara kubu Evelyn dengan kubu Joanna (Octavia Spencer) yang membentuk kelompok sosial baru bernama Allegiant. Berkat Caleb dan teknologi canggih Biro, kita bisa melihat langsung perkembangannya, termasuk saat Four yang sendirian kembali ke Chicago setelah mengetahui wujud sebenarnya dari Biro yang ternyata melibatkan penculikan anak-anak dan gas penghapus ingatan.

Tak sampai setengah durasi, film ini dengan cepat kehilangan momentum. Pacing-nya terseok-seok sementara interaksi antarkarakter menjadi tumpul. Begitu pula dengan hubungan Tris bersama Four (bukankah asmara adalah subplot penting dari adaptasi novel young-adult?) yang hambar, meski keduanya cukup sering saling melumat bibir (bahkan di momen yang tak tepat). Cukup disayangkan hampir semua pemain pendukung, termasuk Spencer dan Watts yang hanya menjadi karakter one-note. Teller yang tampil dengan gaya slenge'annya sebagai Peter yang bermuka dua mungkin bisa menjadi pengecualian.

Paling tidak sepertiga bagian awalnya cukup menarik. Kejar-kejaran antara Tris dkk dengan anak buah Evelyn lumayan seru. Meski efek spesialnya terlihat mentah (ah lupakan gelembung oranye itu), apresiasi tetap layak diberikan bagi sutradara Robert Schwentke yang menciptakan beberapa visualiasi inovatif. Sayangnya, presentasi adegan klimaks terkesan begitu malas dan terburu-buru.

Saat saya yakin bahwa franchise ini menyentuh titik nadirnya dalam Insurgent tahun lalu, Allegiant membuat saya harus berpikir ulang. Banyak yang bilang bahwa novel penutup dari trilogi karya Veronica Roth ini pada dasarnya sudah lemah. Lantas kenapa Summit masih pede untuk membaginya menjadi 2 film? Damn, Hollywood. �UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

'The Divergent Series: Allegiant' |
|

IMDb | Rottentomatoes
120 menit | Remaja

Sutradara Robert Schwentke
Penulis Stephen Chbosky, Bill Collage, Adam Cooper, Noah Oppenheim (screenplay), Veronica Roth (buku)
Pemain Shailene Woodley, Theo James, Jeff Daniels, Miles Teller

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post