Latest News

Adbox

Jumat, 26 Februari 2016

Review Film: 'Danny Collins' (2015)

'Danny Collins'adalah feel-good movie tentang bintang pop yang ingin memperbaiki diri setelah hidup hedonis selama bertahun-tahun. Walau klise, namun cukup efektif.

�I haven't written a song in thirty years. THIRTY YEARS. I'm f**king joke.�
� Danny Collins
Dalam Danny Collins, Al Pacino bermain sebagai bintang pop uzur yang begitu kaya hingga sulit dipercaya. Sudah 30 tahun ia tak pernah menciptakan lagu baru dan hanya punya satu lagu andalan (kayanya sih) yang berjudul "Hey, Baby Doll". Pun demikian, ia masih memiliki cukup uang untuk tinggal di mansion mewah, mengendarai Mercedes mentereng, atau menghisap kokain dan mabuk-mabukan secara rutin bersama istrinya yang jauh lebih muda.

Film yang ringan tapi tetap menyentuh dari Dan Fogelman ini bercerita tentang karakter tituler yang mencari penebusan dan memperbaiki kehidupannya setelah hidup hedonis dan mengabaikan keluarganya selama bertahun-tahun. Plotnya mudah diprediksi, namun berkat pembawaan peran yang natural dari para pemainnya, film ini masih punya nilai sentimentalitas meski jauh dari melodrama.

Di awal film, kita melihat Danny muda yang tengah diwawancarai oleh seorang jurnalis. Penyanyi yang mengidolakan John Lennon ini mengakui bahwa ia tidak siap mental untuk menjadi populer. Tanpa sepengetahuannya, Lennon membaca terbitan wawancara tersebut dan mengiriminya surat yang menyebutkan bahwa ia harus tetap menjadi diri sendiri agar tidak dirusak oleh popularitas. Plus, Lennon juga mencantumkan nomor teleponnya jika sewaktu-waktu Danny ingin menghubungi. Namun surat ini tak pernah sampai ke tangan Danny hingga 30 tahun kemudian ketika manajer sekaligus sahabatnya, Frank Grubman (Christopher Plummer) memberinya kado spesial.


Kehidupan Danny mungkin adalah impian setiap artis. Di usia yang renta, ia masih sukses secara komersil. Para penggemarnya (yang tentu saja seusia dengannya) masih histeris saat ia mendendangkan lagu "Hey, Baby Doll". Album Greatest Hits Volume 3-nya diiklankan di billboard raksasa. Semua orang di setiap generasi mengenalnya. Namun kita tahu ia menderita karena melakukan hal yang sebenarnya tak ingin ia lakukan (Jika lagunya segaring "Hey, Baby Doll" dan harus menyanyikannya setiap tampil, saya maklum dengan depresinya Danny).

Apa yang akan anda lakukan saat mendapat surat dari idola? Apalagi idola itu adalah JOHN f**king LENNON?! Danny membayangkan seandainya surat ini diterimanya lebih cepat; bagaimana kehidupannya takkan menjadi seperti ini. Surat tersebut menjadi pencetus titik balik di kehidupannya. Ia meninggalkan mansion serta istri mudanya yang ternyata punya selingkuhan. Dengan jet pribadi (karena ia #horangkayah) ia terbang menuju New Jersey, mengabaikan tur dan tinggal di sebuah hotel. Kamarnya dilengkapi dengan piano oleh karena ia ingin menciptakan lagu baru yang personal.

Film ini hanyalah fiktif belaka surat John Lennon yang terkubur puluhan tahun nyatanya benar-benar ada � hanya saja bukan diperuntukkan bagi Danny Collins, melainkan penyanyi Inggris bernama Steve Tilston. Oleh karena itu, wajar jika kita meragukan akurasi subplot mengenai hubungannya yang unik (tak seperti kebanyakan romance) dengan manajer hotel (Annette Benning) atau usaha Danny untuk memperbaiki hubungan dengan sang anak yang tak pernah ditemui sebelumnya.

Cerita utama dari filmnya adalah untuk menunjukkan bahwa di balik prilakunya yang slenge'an, Danny adalah pria yang punya hati. Untuk mencapai hal ini, Fogelman memasukkan elemen opera sabun: sang anak, Tom (Bobby Cannavalle) yang hidup sederhana bersama istrinya (Jennifer Garner) tengah menantikan kelahiran anak keduanya dan kesulitan menangani anak pertama dan agar lebih dramatis, Tom juga mendapat kemalangan lain. Namun akting dari pemain menjadi penyelamat. Kita tahu Tom benci pada ayahnya, namun Cannavalle menunjukkan amarahnya tanpa berlebihan. Garner mendapat peran yang lebih banyak daripada kedengarannya, dimana ia juga sempat berbagi momen sentimental dengan Pacino.

Pacino membawakan penampilan yang jauh dari dramatisasi. Ia tampil energik dan meyakinkan sebagai penyanyi di atas panggung (FYI, kecuali lagu-lagunya John Lennon, beberapa lagu ia nyanyikan sendiri), namun juga menunjukkan kerapuhan terselubung di balik setiap kalimat cerdas nan lucu yang ia lontarkan. Tak pernah over-akting, Pacino benar-benar masuk ke dalam karakter Danny Collins (atau karakterisasinya memang didasarkan pada kepribadian Pacino? Entahlah). Kekuatan dari film ini adalah saat Pacino berinteraksi empat mata dengan pemeran pendukungnya.

Meski terdengar berat, konflik yang diangkat tak pernah suram-suram amat. Pembangunan dan penyelesaian klimaks juga bisa dibilang terlalu simpel. Danny Collins adalah feel-good movie. Walau klise, namun cukup efektif. �UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

'Danny Collins' |
|

IMDb | Rottentomatoes
106 menit | Dewasa

Sutradara Dan Fogelman
Penulis Dan Fogelman
Pemain Al Pacino, Christopher Plummer, Annette Bening

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post