Latest News

Adbox

Selasa, 16 Februari 2016

Review Film: 'Spotlight' (2015)

Sutradara Tom McCarthy menyajikan filmnya ini dengan cara yang jauh dari sensasional. Alih-alih kita akan disajikan dengan interpretasi sinematis dari prosedur jurnalistik.

�If it takes a village to raise a child, it takes a village to abuse them.�
� Mitchell Garabedian
Saat kebanyakan media massa sekarang cenderung menyensasionaliasi hampir setiap berita, Spotlight akan mengingatkan kita bahwa di suatu masa, wartawan tak hanya sekadar mengejar tajuk utama untuk menarik perhatian pembaca. Alih-alih mereka melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan: mengungkap kebenaran dan mengeksposnya untuk diketahui oleh orang banyak.

Cerita utama Spotlight adalah pengungkapan skandal pelecehan seksual oleh oknum pendeta Katolik di Boston. Liputan dari koran Boston Globe ini begitu berpengaruh. Tak hanya dianugerahi Pulitzer, beritanya juga membuat Uskup Boston kala itu, Kardinal Bernard Law mengundurkan diri. Sama seperti para jurnalis berdedikasi ini, sutradara Tom McCarthy menyajikan filmnya ini dengan cara yang jauh dari sensasional. Tak ada pengungkapan lebay atau sekuen eskploitatif yang menampilkan pelecehan yang dimaksud.

Alih-alih kita akan disajikan dengan interpretasi sinematis dari prosedur jurnalistik. Kita melihat para tokohnya mengumpulkan informasi dan petunjuk, membuka arsip-arsip lama, atau mewawancarai para korban dan oknum terkait. McCarthy yang menulis naskah bersama Josh Singer tidaklah berfokus pada berita utamanya melainkan dari perspektif pemberitaannya. Tokoh utama kita hanyalah tim Spotlight dan berita utama mereka, jadi tak ada subplot tak penting.


Kasus ini sebelumnya memang pernah diangkat oleh Boston Globe, tapi tak pernah ditindaklanjuti. Sebagai editor baru, Marty Baron (Liev Schreiber) menugaskan tim Spotlight untuk mengungkapnya. Tim kecil ini dipimpin oleh Walter "Robby" Robinson (Michael Keaton) dan beranggotan Michael Rezendes (Mark Ruffalo), Sacha Pfeiffer (Rachel McAdams) serta Matt Carroll (Brian D'Arcy James). Pada awalnya, dugaan tersangka hanya berkisar di angka 4 sampai 9 orang, namun setelah dilakukan penggalian lebih dalam ternyata angka ini menggelembung hingga di atas 100 pendeta. Lebih parah, setelah mengunjungi dan berbincang dengan para petinggi Boston termasuk Kardinal Law (Len Carioau), Baron mencurigai bahwa ada usaha sistematis dari Gereja untuk menutupi skandal ini dengan memutasi pendeta yang "ketahuan" dan menutup mulut para korban.

Menarik melihat para jurnalis ini mengumpulkan data untuk liputan jangka panjang mereka. Masing-masing anggota Spotlight punya job-desc terpisah: Rezendes bertugas untuk mengumpulkan data dari pengacara yang mewakili para korban, Mitchell Garabedian (Stanley Tucci); Pfeiffer turun ke lapangan untuk melacak dan mewawancarai langsung para korban, sementara Carroll membuka arsip-arsip lama Boston Globe. Mekanismenya sama dari waktu ke waktu � wawancara, panggilan telepon, catatan dan dokumen � namun tak pernah terkesan repetitif. McCarthy membuka satu persatu lapisan ceritanya dengan perlahan dan ritme yang terkontrol.

Intensitas film bukanlah karena ia merupakan perujuangan benar melawan salah, melainkan bagaimana mengungkap kebenaran dengan segala rintangan di dunia jurnalisme, baik itu tekanan dari atasan, rumitnya birokrasi atau berita yang lebih penting (investigasi ini sempat teralihkan dengan kasus terorisme 11/9). Sial, sejauh ini tulisan saya membuatnya terdengar rumit ya? Percayalah, film ini gampang dicerna.

Salah satu kunci sukses McCarthy di film ini adalah fokusnya yang tak pernah melenceng kemana-mana. Dengan banyaknya tokoh yang dimunculkan � yang sedikit membingungkan di paruh awal mengingat banyaknya nama yang berseliweran � McCarthy tak tertarik untuk menyelipkan subplot atau sisi personal dari tokohnya, kecuali sedikit background untuk memberi kita perspektif tentang bagaimana cara mereka melihat kasus ini. Tak ada akting yang terlalu menonjol, semua berjalan dalam satu kesatuan.

Film ini menjadi penting tak hanya karena mengangkat isu yang krusial di masanya, namun juga melihat bagaimana McCarthy menuturkan tragedi ini dari sisi jurnalis secara profesional dan konsisten. Tentu, film ini tetap memberi dampak emosional pada penonton. Dalam konteks genrenya, film ini tak lebih inferior dibandingkan All the President's Men dan Zodiac. �UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

'Spotlight' |
|

IMDb | Rottentomatoes
90 menit | Dewasa

Sutradara Tom McCarthy
Penulis Tom McCarthy, Josh Singer
Pemain Mark Ruffalo, Michael Keaton, Rachel McAdams

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post