Cerita yang ditulis oleh Max Adams dan Umair Aleem sebenarnya tipis, dimana plot hanya bergerak dari satu sekuen aksi ke sekuen berikutnya. Pun demikian, sutradara Steven C. Miller menjaga ritme filmnya mengalir cepat melalui durasi film yang hanya 83 menit.

�Vengeance runs in the family�Saat anda menyadari bahwa ini adalah film kelas B dan telah menguatkan hati untuk menontonnya, Extraction mementalkan ekspektasi tersebut dengan adegan yang menampilkan Bruce Willis beraksi menghajar berandalan. Akankah kita melihat kembali persona pria tangguh dari Willis ala Die Hard? Tidak. Harapan tersebut menguap tak sampai sepuluh menit durasi berjalan.
Bagi yang sudah akrab dengan film kelas B yang dibintangi Willis sebelumnya seperti The Prince and Vice, tentu bisa memprediksi bahwa ia hanya setor muka disini. Namun adegan pembukanya cukup menjanjikan. Hanya bermodal tangan kosong, Willis yang bermain sebagai agen lapangan CIA, Leonard Turner mengalahkan mafia yang menyanderanya. Namun ketangguhan saja tak mampu menyelamatkan keluarganya. Itu, dan beberapa menit di akhir film adalah kesempatan bagi kita untuk melihat Willis.
Tokoh utama sesungguhnya adalah anak Leonard, Harry Turner (Kellan Lutz) yang berhasil selamat dari tragedi 10 tahun lalu. Harry sekarang adalah analis CIA dan telah berkali-kali mengajukan diri menjadi agen lapangan, namun selalu disabotase oleh ayahnya. Terpisah, Leonard yang seharusnya sudah pensiun tengah melaksanakan misi di New Jersey, tapi naasnya ia disandera oleh teroris.
Tujuan teroris disini adalah untuk mengambil alat khusus bernama CONDOR yang bisa digunakan untuk mengendalikan sistem komunikasi di seluruh dunia. Kenapa CIA menciptakan alat seberbahaya ini? Untuk menghindari perdebatan lebih lanjut, sebaiknya kita sepakat saja dengan jawaban: agar alatnya bisa dicuri oleh teroris. Dan karena birokrasi dimana-mana rumit, Harry menentang perintah dari atasannya, lantas berangkat ke Amerika untuk menyelamatkan ayahnya dengan tangannya sendiri. Disini ia bertemu dengan agen Victoria (Gina Carano) yang dulunya ternyata adalah mantan pacarnya.
Cerita yang ditulis oleh Max Adams dan Umair Aleem sebenarnya tipis, dimana plot hanya bergerak dari satu sekuen aksi ke sekuen berikutnya. Sementara menghindari kejaran dari agensi akibat pelanggaran kode etik, Harry bersama Victoria memburu penjahat yang menyandera ayahnya sembari menghajar hampir semua orang yang mereka temui: mulai dari bar geng motor, diskotik, hingga gudang. Adegan kejar-kejaran mobil dan tembak-tembakannya yang di-edit dengan serampangan terlihat murahan, namun ada adegan aksi yang menarik saat Harry bertarung dengan tangan kosong di kamar mandi diskotik.
Saya tak ingin berkomentar lebih lanjut mengenai akting Willis disini, karena penampilannya sama saja dalam Vice. Lutz tak pernah terlihat emosional meski ayahnya tengah disandera, namun masih kece dengan tubuh atletisnya. Carano yang punya kesempatan untuk mengenakan baju ketat nan minim tampak meyakinkan saat berbaku hantam (masih dengan baju ketatnya nan minim), walau hal yang sama tak berlaku saat ia mengantarkan dialog yang sudah menggelikan dari sananya. Semua berujung pada sebuah plot twist yang datang sekonyong-konyong.
Pun demikian, sutradara Steven C. Miller membuat filmnya tampak bagus secara visual dengan penggunaan filter ala instagram serta menjaga ritmenya mengalir cepat melalui durasi film yang hanya 83 menit. Jadi paling tidak, kita tak terlalu membuang-buang waktu. �UP
Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem
'Extraction' | TEGUH RASPATI | 23 Februari 2016


Sutradara Steven C. Miller
Penulis Max Adams, Umair Aleem
Pemain Kellan Lutz, Bruce Willis, Gina Carano/div>
Penulis Max Adams, Umair Aleem
Pemain Kellan Lutz, Bruce Willis, Gina Carano/div>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar